Pandemi COVID-19 belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Bagaimana sebaiknya pasien Imunodefisiensi Primer menghadapi kondisi tersebut?
Pandemi COVID-19 telah berlangsung hampir dua tahun. Namun, memasuki bulan Agustus 2021, belum ada tanda-tanda pandemi tersebut akan berakhir. Supaya tetap meningkatkan kewaspadaan, berikut langkah preventif untuk anak dengan Imunodefisiensi Primer (IDP) menghadapi COVID-19 yang masih berlangsung, dirangkum langsung dari situs International Patient Organisation for Primary Immunodeficiencies (IPOPI.org)
Tahun 2021 ini, pandemi COVID-19 memasuki babak baru dengan adanya mutasi virus corona (SARS-CoV-2) penyebab COVID-19. Akibatnya, kita juga harus menghadapi COVID-19 dari varian virus corona baru (beta, delta, dan delta plus) yang lebih cepat menular.
Risiko Pasien IDP Terinfeksi COVID-19
Pasien dengan IDP merupakan kelompok yang mudah terinfeksi COVID-19 karena memiliki defek genetik yang membuat respons kekebalan terhadap penyakit menjadi tidak optimal. Bahkan, beberapa pasien dengan IDP tertentu mungkin memiliki risiko tinggi dibanding lainnya dalam mengalami infeksi dan dapat menyebabkan tingkat keparahan tinggi saat tertular virus corona.
Pasien-pasien IDP dengan komplikasi paru-paru, masalah pernapasan, kelebihan berat badan, hipertensi, diabetes, atau penyakit jantung juga berisiko tinggi karena meningkatnya penyakit infeksi di masyarakat umum saat ini.
Apabila terpapar, tingkat keparahan penyakit pasien IDP dipengaruhi oleh adanya komorbid, seperti penyakit paru kronik, jumlah virus terpajan, bahkan ada pendapat ahli bahwa faktor genetik juga berperan dalam tingkat infeksi yang dialami.
Pasien IDP dengan komplikasi paru dan/atau jantung, penerima transplantasi organ padat, penerima transplantasi sel induk hematopoietik, atau sedang terapi gen, juga pasien IDP yang menjalani pengobatan untuk kanker (keganasan), pasien dengan imunosupresif atau imunomodulator obat-obatan harus tetap menjalani terapi kecuali ada rekomendasi lain dari dokter mereka.
Begitu juga bagi yang sedang menjalani terapi pengganti imunoglobulin (IVIG atau SCIG) agar tetap melanjutkan terapinya karena dapat memberikan perlindungan dari sejumlah infeksi. Meski demikian, terapi tersebut tidak menjamin kekebalan terhadap COVID-19. Jadi, tetap harus waspada dan berhati-hati selama masa pandemi ini.
Preventif COVID-19 untuk Pasien IDP
Untuk mencegah penularan COVID-19, setiap pasien IDP dan orang-orang di sekitarnya harus berusaha melakukan tindakan preventif. Minimal, memakai masker, cuci tangan, dan menjaga jarak. IPOPI menyarankan setiap pasien dengan IDP yang tinggal di daerah dengan prevalensi tinggi, harus mengambil setiap tindak pencegahan dan mematuhi rekomendasi lokal, regional, hingga nasional. Seperti, di rumah saja, konsultasi jarak jauh, belajar dari rumah, bekerja dari rumah, dan lainnya.
Selama masa pandemi, ada kebijakan pengetatan aktivitas penduduk dari pemerintah setempat. Namun, selama beberapa waktu, diberlakukan juga masa pelonggaran. Saat menghadapi pelonggaran, pasien IDP tetap harus mengikuti menjalani langkah-langkah yang telah dianjurkan guna melindungi kesehatan mereka.
Perlu dipahami bahwa pelonggaran bukan berarti virus corona penyebab COVID-19 telah hilang. Pengetatan dilakukan untuk meratakan kurva infeksi dan menghindari kolapsnya sistem kesehatan. Tindakan pencegahan dan jaga jarak masih jadi kunci untuk melindungi pasien IDP selama masa pandemi COVID-19.
Tindakan Pencegahan Umum untuk Menghindari COVID-19
Sering mencuci tangan (setiap jam) dengan sabun dan air selama 20 detik, terutama setelah kontak langsung dengan orang sakit atau lingkungan.
Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut.
Hindari kontak dekat dengan orang yang menderita infeksi saluran pernapasan akut.
Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut.
Hindari kontak dekat dengan siapa saja yang demam dan batuk.
Untuk pencegahan ekstra, hindari kontak dekat dengan orang lain saat menghabiskan waktu di luar rumah.
Hindari menyapa orang dengan berjabat tangan, berciuman, atau berpelukan.
Patuhi tindakan pengetatan aktivitas dari pihak berwenang di mana pun berlaku.
Jika memiliki penyakit atau gejala infeksi saluran pernapasan, jaga tindakan saat batuk. Seperti, menjaga jarak, menutup mulut ketika bersin dan batuk dengan tisu atau lap sekali pakai, dan mencuci tangan, serta memakai masker.
Jika merasa tidak sehat dan mengalami gejala demam, batuk, atau kesulitan bernapas, segera cari bantuan medis melalui telepon dari penyedia layanan kesehatan Anda.
Untuk pemberian vaksin, secara umum, mayoritas pasien IDP tidak boleh mendapatkan vaksin hidup yang dilemahkan. Selain itu, hingga saat ini, laporan keamanan efikasi vaksin inactivated COVID-19 pada populasi IDP masih terbatas. Berdasarkan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), vaksin inactivated COVID-19 belum layak diberikan pada anak penderita IDP.
Namun, dianjurkan orang-orang yang berada disekitar pasien IDP dan dapat menerima vaksin untuk melakukan vaksinasi. Tujuannya, bukan hanya melindungi diri sendiri, tapi juga untuk sekitarnya, terutama melindungi pasien IDP dari infeksi COVID-19.
(Sumber foto: Freepik)
Comentarios